BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Di masa lampau, wanita masih sangat terikat dengan nilai-nilai
tradisional yang mengakar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga jika ada wanita
yang berkarir untuk mengembangkan keahliannya di luar rumah, maka mereka
dianggap telah melanggar tradisi sehingga mereka dikucilkan dari pergaulan
masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian mereka kurang mendapat kesempatan
untuk mengembangkan diri di tengah-tengah masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, kaum wanita dewasa ini khususnya mereka
yang tinggal di kota-kota besar cenderung untuk berperan ganda bahkan ada yang
multi fungsional karena mereka telah mendapat kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengembangkan diri sehingga jabatan dan pekerjaan penting di dalam
masyarakat tidak lagi dimonopoli oleh kaum laki-laki. Sudah tentu hal itu akan berdampak terhadap
sendi-sendi kehidupan sosial, baik positif maupun negatif.
“tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka
kepada seorang wanita”(HR. Bukhari)
Hadist di atas mugkin akan menimbulkan pertanyaan, apakan seorang muslimah
tidak diperbolehkan mengurusi suatu urusan(bekerja)?
Hadist tersebut merupakan komentar Rasulullah SAW tatkala sampai kepadanya berita tentang pengangkatan putri Kisra oleh Raja Persia.
Sekalipun teks hadist tersebut berupa kalimat berita (khabar), tapi pemberitaan dalam hadist ini disertai dengan celaan (dzam) atas suatu kaum atau masyarakat yang menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada seorang wanita, berupa ancaman tiadanya keberuntungan atas mereka. Celaan ini merupakan ‘qarinah’ (indikasi) adanya tuntutan yang bersifat ‘jazm’ (tegas dan pasti). Namun, ada beberapa kalangan yang meragukan keshahihan hadist ini.
Hadist tersebut merupakan komentar Rasulullah SAW tatkala sampai kepadanya berita tentang pengangkatan putri Kisra oleh Raja Persia.
Sekalipun teks hadist tersebut berupa kalimat berita (khabar), tapi pemberitaan dalam hadist ini disertai dengan celaan (dzam) atas suatu kaum atau masyarakat yang menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada seorang wanita, berupa ancaman tiadanya keberuntungan atas mereka. Celaan ini merupakan ‘qarinah’ (indikasi) adanya tuntutan yang bersifat ‘jazm’ (tegas dan pasti). Namun, ada beberapa kalangan yang meragukan keshahihan hadist ini.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Wanita Karier?
1. Pengertian Wanita Karier?
2. Dampak Positif dan Negatif Wanita Karier?
C. Tujuan
1. Dapat Mengetahui Pengertian Wanita Karier.
2. Dapat Mengetahui Dampak Positif dan
Negatif Wanita Karier.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wanita Karier
Secara definisi wanita karir bermakna:
1. Seorang
wanita yang menjadikan karir atau pekerjaannya secara serius.
2. Perempuan
yang memiliki karir atau yang menganggap kehidupan kerjanya dengan serius
(mengalahkan sisi-sisi kehidupan yang lain).
Pada masa Rasulullah sendiri, ada banyak wanita yang juga dikenal sebagai
wanita karir. di antaranya yaitu Siti Khadijah, istri Nabi, adalah satu di
antaranya.
Namun demikian, kita semua tahu bahwa ekonomi
bukanlah satu-satunya tujuan kita hidup di dunia. Pada kenyataannya ekonomi
hanyalah sarana untuk menopang sisi-sisi kehidupan yang lain.
Penting juga diperhatikan penataan rumah yang
baik, bersih dari najis dan terhindar dari aroma yang kurang sedap. Sehingga
hasilnya ciptakan suasana rumah yang menjadikan suami betah berada di dalamnya.
Untuk membuat penampilan lebih menarik tidak harus dengan wajah yang cantik,
demikian juga untuk membuat rumah bersih dan rapih tidak harus dengan harga
yang mahal. Insya Allah semuanya bisa dilaksanakan dengan mudah selama ada
keinginan dan diniatkan ikhlas untuk mencari ridha Allah. karena segala sesuatu
yang baik itu akan bernilai ibadah bila diniatkan hanya untuk Allah.
B. Dampak Positif dan
Negatif Wanita Karier
1. Dampak Positif
a. Terhadap kondisi
ekonomi keluarga
Dalam kehidupan manusia kebutuhan ekonomi
merupakan kebutuhan primer yang dapat menunjang kebutuhan yang lainnya.
Kesejahteraan manusia dapat tercipta manakala kehidupannya ditunjang dengan
perekonomian yang baik pula.
Dengan berkarir, seorang wanita tentu saja
mendapatkan imbalan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk menambah dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pratiwi Sudamona mengatakan bahwa pria dan wanita
adalah “Mitra Sejajar” dalam menunjang perekonomian keluarga. Dalam konteks
pembicaraan keluarga yang modern, wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk
yang semata-mata tergantung pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu
berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan kebutuhan
keluarga yang semakin bervariasi.
b. Sebagai Pengisi Waktu
Pada zaman sekarang ini hampir semua peralatan rumah tangga memakai
teknologi yang mutakhir, khususnya di kota-kota besar. Sehingga tugas wanita dalam rumah tangga menjadi
lebih mudah dan ringan. Belum lagi mereka yang menggunakan jasa pramuwisma
(pembantu rumah tangga), tentu saja tugas mereka di rumah akan menjadi sangat
berkurang. Hal ini bisa menyebabkan wanita memiliki waktu luang yang sangat
banyak dan seringkali membosankan. Maka untuk mengisi kekosongan tersebut
diupayakanlah suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.
Diungkapkan oleh Abdullah Wakil bahwa kemudahan-kemudahan yang didapat
wanita dalam melakukan tugas rumah tangga, telah menciptakan peluang bagi
mereka untuk leluasa mencari kesibukan diluar rumah, sesuai dengan bidang
keahliannya supaya dapat mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat
sebagai wanita yang aktif berkarya.
c. Peningkatan sumber
daya manusia
Kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan
menuntut sumber daya manusia yang potensial untuk menjalankan teknologi
tersebut. Bukan hanya pria bahka wanitapun dituntut untuk bisa dapat mengimbangi
perkembangan teknologi yang makin kian pesat.
Jenjang pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan mereka
sebagai sumber daya potensial yang diharapkan dapat mampu berpartisipasi dan
berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi masyarakat, agama,
nusa dan bangsanya.
d. Percaya diri dan lebih
merawat penampilan
Biasanya seorang wanita yang tidak aktif di luar
rumah akan malas untuk berhias diri, karena ia merasa tidak diperhatikan dan
kurang bermanfaat. Dengan berkarir, maka wanita merasa dibutuhkan dalam
masyarakat sehingga timbullah kepercayaan diri. Wanita karir akan berusaha
untuk memercantik diri dan penampilannya agar selalu enak dipandang. Tentu hal
ini akan menjadikan kebanggaan tersendiri bagi suaminya, yang melihat istrinya
tampil prima di depan para relasinya.
2. Dampak negatif
Diantara dampak negatif yang ditimbulkan, antara
lain:
a. Terhadap Anak
Seorang wanita karir biasanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah setelah
seharian bekerja di luar rumah, hal ini secara psikologis akan berpengaruh
terhadap tingkat kesabaran yang dimilikinya, baik dalam menghadapi pekerjaan
rumah tangga sehari-hari, maupun dalam menghadapi anak-anaknya. Jika hal itu terjadi maka sang Ibu akan mudah
marah dan berkurang rasa pedulinya terhadap anak. Survey yang dilakukan di
negara-negara Barat menunjukkan bahwa banyak anak kecil yang menjadi korban
kekerasan orangtua yang seharusnya tidak terjadi apabila mereka memiliki
kesabaran yang cukup dalam mendidik anak.
Hal lain yang lebih berbahaya adalah terjerumusnya anak-anak kepada hal
yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari
kurangnya kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap
anak-anaknya.
b. Terhadap Suami
Di kalangan para suami wanita karir, tidaklah mustahil menjadi suatu
kebanggaan bila mereka memiliki istri yang pandai, aktif, kreatif, dan maju
serta dibutuhkan masyarakat, Namun dilain sisi mereka mempunyai problem yang
rumit dengan istrinya. Mereka juga akan merasa tersaingi dan tidak terpenuhi hak-haknya sebagai
suami. Sebagai contoh, apabila suatu saat seorang suami memiliki masalah di
kantor, tentunya ia mengharapkan seseorang yang dapat berbagi masalah
dengannya, atau setidaknya ia berharap istrinya akan menyambutnya dengan wajah
berseri sehingga berkuranglah beban yang ada. Hal ini tak akan terwujud apabila
sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan untuk mengatasi masalah
suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu dapat diselesaikannya.
Apabila seorang istri tenggelam dalam karirnya, pulang sangat letih, sementara
suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan ingin menemukan istri di dalam
rumah dalam keadaan segar dan memancarkan senyuman kemesraan, tetapi yang ia
dapatkan hanyalah istri yang cemberut karena kelelahan. Ini akan menjadi
masalah yang runyam dalam keluarga.
Kebanyakan suami yang istrinya berkarir merasa
sedih dan sakit hati apabila istrinya yang berkarir tidak ada di tengah-tengah
keluarganya pada saat keluarganya membutuhkan kehadiran mereka. Juga ada
keresahan pada diri suami, khususnya pasangan-pasangan usia muda karena mereka
selalu menunda kehamilan dan menolak untuk memiliki anak dengan alasan takut
mengganggu karir yang tengah dirintis olehnya.
c. Terhadap Rumah Tangga
Kemungkinan negatif lainnya yang perlu mendapat
perhatian dari wanita karir yaitu rumah tangga. Kegagalan rumah tangga
seringkali dikaitkan dengan kelalaian seorang istri dalam rumah tangga. Hal ini
bisa terjadi apabila istri tidak memiliki keterampilan dalam mengurus rumah
tangga, atau juga terlalu sibuk dalam berkarir, sehingga segala urusan rumah
tangga terbengkalai. Untuk mencapai keberhasilan karirnya, seringkali wanita
menomorduakan tugas sebagai ibu dan istri. Dengan demikian pertengkaran bahkan
perpecahan dalam rumah tangga tidak bisa dihindarkan lagi.
d. Terhadap Masyarakat
Hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karir tidak hanya berdampak
terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap masyarakat sekitarnya,
seperti hal-hal berikut:
1. Dengan bertambahnya jumlah wanita
yang mementingkan karirnya di berbagai sektor lapangan pekerjaan, secara
langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan meningkatnya jumlah
pengangguran di kalangan pria, karena lapangan pekerjaan yagn ada telah diisi
oleh wanita. Sebagai contoh, yang sering kita lihat di pabrik-pabrik.
Perusahaan lebih memilih pekerja dari kalangan wanita ketimbang pria, karena
selain upah yang relatif minim dan murah dari pria, juga karena wanita tidak
terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.
2. Kepercayaan
diri yang berlebihan dari seorang wanita karir seringkali menyebabkan mereka
terlalu memilih-milih dalam urusan perjodohan. Maka seringkali kita lihat
seorang wanita karir masih hidup melajang pada usia yang seharusnya dia telah
layak untuk berumah tangga bahkan memiliki keturunan. Selain itu banyak pria
yang minder atau enggan untuk menjadikan wanita karir sebagai istri mereka
karena beberapa faktor; Seperti pendidikan wanita karir dan penghasilannya yang
seringkali membuat pria berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai
pendamping hidup. Sementara itu dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para
wanita karir ini -kemungkinan karena terlalu tinggi kriterianya- telah lebih
dulu berkeluarga dan membina rumah tangga dengan wanita lain. Hal inilah
mungkin yang menyebabkan timbulnya anggapan dalam masyarakat bahwa “Semakin
tinggi jenjang pendidikan yang dapat diraih oleh wanita maka semakin sulit pula
baginya untuk mendapatkan pendamping hidup.”
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan,
bahwa:
1.Wanita karier adalah perempuan yang memiliki
karir atau yang menganggap kehidupan kerjanya dengan serius.
2.Dengan berkarier, seorang wanita akan
mendapatkan imbalan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk menambah dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
3. Wanita karier berdampak Positif terhadap
ekonomi keluarga, pengisi waktu luang, peningkatan sumber daya manusia, percaya
diri dan lebih merawat pada penampilannya.
4.Wanita karier juga berdampak negative terhadap
perkembangan anak, suami, rumah tangga, dan masyarakat sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Fatmawati. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
perempuan bekerja dan kesejahteraan
keluarga.
Ihromi, T.O. (ed.). 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.
Weiner, Myron. 1980. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Comments
Post a Comment